Pendahuluan
Sumber daya alam tidak dapat terbarukan atau sering
juga disebut dengan sumber daya terhabiskan (depletable) adalah sumber
daya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi secara biologis.
Selain itu, sumber daya alam ini dibentuk melalui proses geologi yang
memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan sebagai sumber daya
alam yang siap diolah atau siap pakai. Tambang emas dan tambang minyak
misalnya, memerlukan waktu ribuan bahkan jutaan tahun untuk terbentuk
karena ketidakmampuan sumber daya tersebut untuk melakukan regenerasi.
Sumber daya alam ini sering kita sebut juga sumber daya alam yang
memiliki stok yang tetap. Sifat-sifat tersebut di atas menyebabkan
masalah eksploitasi sumber daya alam tidak terbarukan (non-renewable)
akan sangat berbeda dengan ekstraksi sumber daya terbarukan (renewable).
Pengusaha pertambangan atau perminyakan, misalnya tidak saja harus
memutuskan kombinasi yang tepat dari berbagai faktor produksi untuk
menentukan produksi yang optimal, namun harus pula memikirkan seberapa
cepat stok harus diekstraksi dengan kendala stok yang terbatas. Beberapa
perbedaan pokok antara pengelolaan sumber daya alam dan model ekonomi
konvensional misalnya antara lain:
Dalam model ekonomi kompetitif, maksimisasi keuntungan ditentukan pada
saat penerimaan marginal (p) sama dengan biaya marginal (BM) atau p =
BM. Dalam model sumber daya alam tidak terbarukan, stok yang tidak
terekstraksi memiliki nilai yang dicerminkan dari biaya oportunitasnya.
Dengan demikian, ekstraksi optimal sumber daya alam tidak hanya
ditentukan oleh harga dan biaya marginal tapi juga oleh biaya
oportunitas.
Ekstraksi sumber daya alam merupakan masalah investasi karena nilai
rente sumber daya yang diperoleh terkait oleh waktu, sehingga penentuan
rente atau keuntungan (benefit) tidak saja dihitung untuk masa kini tapi
juga sepanjang waktu.
Berbeda dengan ekstraksi produk lainnya, ekstraksi sumber daya alam
tidak terbarukan menghadapi kendala stok. Artinya, karena tidak adanya
proses regenerasi, maka pada waktu tertentu (terminal period), stok
tersebut akan habis.
Dari beberapa ciri di atas terlihat bahwa ekstraksi sumber daya alam
tidak terbarukan berkaitan erat dengan aspek intertemporal di mana
peranan waktu sangat krusial. Dalam bab ini akan dibahas bagaimana
ekstraksi yang optimal dapat dilakukan terhadap sumber daya alam tidak
terbarukan tersebut, termasuk di dalamnya bagaimana menentukan alur
ekstraksi yang efisien dan berapa besar output optimalnya. Sebagai basis
dari teori ekstraksi sumber daya alam tidak terbarukan secara optimal
adalah model Hotelling yang dikembangkan oleh Harold Hotelling pada
tahun 1931. Mengingat begitu pentingnya model Hotelling tersebut, di
bawah ini akan mulai kita bahas model Hotelling dalam kerangka kerja
(framework) waktu yang sederhana.
Dasar-Dasar Model Hotelling
Dalam bagian ini, model Hotelling akan diturunkan untuk model dua
periode terlebih dahulu dengan struktur pasar yang kompetitif atau
bersaing sempurna. Model untuk multiperiode akan diturunkan pada bagian
berikutnya. Untuk memahami model Hotelling, terlebih dahulu
asumsi-asumsi sederhana akan digunakan dalam pendekatan ini. Pertama,
diasumsikan bahwa harga per satuan output dari sumber daya konstan,
artinya kurva permintaan dari sumber daya, bersifat elastik sempurna.
Kedua biaya ekstrasi sumber daya diasumsikan hanya merupakan fungsi dari
output. Dengan kedua asumsi dasar di atas, model Hotelling dapat
diturunkan sebagai berikut.
Dimisalkan bahwa harga per satuan output pada periode 0 dan 1
masing-masing adalah p0 dan p1. Jumlah ekstraksi pada kedua periode
ditulis sebagai q0 dan q1. Dimisalkan pula bahwa biaya ekstraksi
berkorelasi linier terhadap jumlah yang diekstraksi, atau:
Ct = cqt ∀t = 1,2 (4.1)
Dimana c adalah biaya per unit ekstraksi. Sehingga manfaat dari ekstraksi sumber daya alam dapat ditulis sebagai:
π_t=p_t q_t-〖cq〗_t ∀t=1,2 (4.2)
Karena sifat sumber daya alam tidak terbarukan memiliki kendala stok yang terbatas, kendala tersebut dapat ditulis sebagai:
q0 + q1 = S ̅ (4.3)
yang artinya adalah bahwa jumlah yang diekstraksi pada dua periode tersebut harus sama dengan stok yang tersedia (S ̅).
Sebagaimana dikemukakan pada bagian awalm bahwa ekstraksi sumber daya
alam menyangkut aspek intertemporal. Karena nilai manfaat ekonomi
periode 0 dan period 1 tidak sama, manfaat pada periode 1 harus didiskon
dengan menggunakan discount rate, dengan demikian total manfaat ekonomi
ekstraksi sumber daya pada dua periode dapat ditulis:
PV=π_0+1/((1+δ) ) π_1 (4.4)
Dimana PV (present value) menggambarkan manfaat ekonomi dalam dua periode dan δ adalah discount rate yang menggambarkan biaya oportunitas dari kapital.
Dengan beberapa asumsi dan penyederhanaan di atas, penentuan ekstraksi yang optimal dapat ditentukan dengan:
maxPV=π_0+1/((1+δ) ) π_1 (4.5)
dengan kendala:
q0 + q1 = S ̅ (4.6)
Pemecahan masalah di atas dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi
Lagrangian yang sudah biasa digunakan dalam pendekatan ekonomi. Fungsi
Lagrangian dari persamaan di atas ditulis:
L=π_0+1/((1+δ) ) π_1+λ(S ̅-q_0-q_1 )
=(p_0 q_0-〖cq〗_0 )+1/((1+δ) ) (p_1 q_1-〖cq〗_1 )+λ(S ̅-q_0-q_1 ) (4.7)
dimana λ merupakan pengganda Lagrangian (Lagrange multiplier). Karena
variabel pilihan dalam hal ini adalah p_0 〖 dan q〗_1, syarat keharusan
(necessary condition) dari persamaan (4.7) adalah:
∂L/(∂q_0 )=(p_0- c)-λ=0
∂L/(∂q_1 )=1/((1+δ) ) (p_1- c)-λ=0 (4.8)
Karena kedua sisi kanan dari persamaan (4.8) sama dengan nol, dengan penyederhanaan aljabar dihasilkan:
(p_0-c)-λ=1/((1+δ) ) (p_1-c)-λ
(p_0-c)=1/((1+δ) ) (p_1-c) (4.9)
Persamaan di atas dapat disederhanakan lebih lanjut menjadi:
((p_1-c)-(p_0-c))/((p_0-c) )=δ (4.10)
Persamaan (4.10) merupakan persamaan dasar Hotelling
untuk sumber daya alam tidak terbarukan. Notasi di sebelah kiri tanda
sama dengan menunjukkan laju pertumbuhan proporsional dari manfaat
bersih sumber daya, sementara notasi di sebelah kanan tanda sama dengan
menunjukkan biaya oportunitas dari kapital atau aset yang sering
ditunjukkan dnegan tingkat suku bunga. Jadi, jika suku bunga adalah 15%,
hukum Hotelling mengatakan bahwa ekstraksi yang efisien dan optimal
mengharuskan manfaat bersih dari sumber daya harus tumbuh secara
proporsional sebesar 15% setiap tahun. Dengan kata lain, agar pemilik
sumber daya “indifferent” antara mengekstrak kini atau di masa yang akan
datang, manfaat yang diperoleh kini (capital gain) harus sama dengan
discount rate. Jika hal tersebut tidak dipenuhi, akan terjadi proses
realokasi sumber daya antarperiode untuk meningkatkan manfaat ekonomi.
Hal ini bisa dimengerti kalau kita melihat dengan teliti persamaan
(4.9). persamaan tersebut menunjukkan bahwa pemilik sumber daya alam
harus menghadapi pilihan apakah akan mengekstrasi sumber daya sekarang
dan menerima manfaat bersih sebesar (p0 – c) atau menunggu untuk
mengekstraksi pada periode berikutnya dan menerima manfaat sebesar (p1 –
c). Pemilik sumber daya akan indifferent jika manfaat yang diperoleh
sekarang sama dengan present value dari manfaat periode mendatang. Jika
ada kecenderungan bagi pemilik untuk menunggu ekstraksi pad aperiode
mendatang, produksi saat ini akan berkurang dan harga saat ini akan
naik. Dengan demikian, pemilik akan lebih memperoleh keuntungan untuk
menjual sekarang dan menyimpan hasil penjualan, misalnya di Bank, dengan
memperoleh bunga sebesar δ persen.
Bagaimana dengan interprestasi dari λ? Kalau kita melihat kembali ke
persamaan (4.8), dapat dilihat bahwa λ = (p0 – c) atau λ tidak lain
adalah rente marjinal yang merupakan selisih antara harga dan biaya
marjinal.
Sebagaimana dikemukakan di atas, penurunan model Hotelling dengan kurva
permintaan elastis tidak mengubah prinsip dasar model Hotelling. Jika
dimisalkan bahwa kurva permintaan pada periode 0 dari periode 1
diketahui sebagai:
po = α – βq0
p1 = α – βq1 (4.11)
kurva permintaan ini digambarkan pada tampilan berikut:
Bagian yang diarsir Tampilan 4.1 menjunjukkan total manfaat yang
diperoleh konsumen dari mengkonsumsi sumber daya pada periode t. Dari
sisi sosial, daerah tersebut menunjukkan manfaat kotor (gross benefit)
yang diperoleh dari ekstraksi dan konsumsi sumber daya tidak terbarukan,
atau secara matematis ditulis sebagai:
π(q_t )=∫_0^(q_t)▒(α-βq)dq
= αq_t-β/2 q_t^2 (4.12)
Dengan demikian, manfaat ekonomi bersih yang diperoleh pada kedua periode adalah:
π_0=(α-β/2 q_0 ) q_0-cq_0
π_1=1/((1+δ) ) (α-β/2 q_1 ) q_1-cq_1 (4.13)
Sehingga fungsi Lagrangian berubah menjadi:
L=(α-β/2 q_0 ) q_0-cq_0+1/((1+δ) ) (α-β/2 q_1 ) q_1
-cq_1+λ(S ̅-q_0-q_1 ) (4.14)
Syarat keharusan dari persamaan di atas adalah:
∂L/(∂q_0 )=α-βq_0-c-λ=0 (4.15)
∂L/(∂q_1 )=1/((1+δ) ) [(α-βq_1 )-c]-λ=0 (4.16)
∂L/(∂q_0 )=S ̅-q_0-q_1=0 (4.17)
Karena sisi kanan persamaan (4.15) dan persamaan (4.16) sama dengan nol, kedua persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:
α-βq_0-c-λ=(α-βq_1-c)/((1+δ) )-λ
α-βq_0-c=(α-βq_1-c)/((1+δ) ) (4.18)
Dengan menggunakan persamaan (4.11), persamaan (4.18) diatas dapat disederhanakan menjadi:
p_0-c=(p_1-c)/((1+δ) ) (4.19)
yang akan menghasilkan Golden Rule yang sama seperti yang telah diturunkan pada persamaan (4.10) sebelumnya.
Untuk kasus biaya marjinal yang konstan seperti contoh di atas, persamaan (4.19) dapat disederhanakan menjadi:
p_1-p_0=δ(p_0-c) (4.20)
sehingga berimplikasi bahwa untuk (p0 – c) dan δ yang positif, (p1 – p0)
juga harus positif, yang berarti bahwa p1 > p0. Hal ini juga berarti
bahwa untuk kurva permintaan yang elastis akan berimplikasi q1 < q0.
Kaidah ini berlaku untuk setiap periode waktu yang berdekatan, yang
artinya adalah bahwa ekstraksi optimal membutuhkan harga yang harus
meningkat sepanjang waktu, sementara jumlah yang diekstraksi menurun
sepanjang waktu.
Contoh Numerik
Dimisalkan bahwa stok tambang emas diketahui sebesar 5.000 ton.
Dimisalkan pula bahwa kurva permintaan pada periode 0 dan periode 1
bersifat stationer (sama) sebesar pt = 1000 – 0.1 qt, dan biaya
ekstraksi per ton emas sebesar Rp. 50 juta per ton. Tingkat suku bunga
diasumsikan sebesar 10%. Dengan beberapa asumsi diatas, maka rente
marjinal (persamaan (4.18)) pada periode nol diperoleh:
(1000 – 0,1 q0) – 50 = 950 – 0,1 q0
sementara pada periode 1 sebesar:
(950 – 0,1 qt) / (1.1) = 863.636 – 0.091 qt
Persamaan kendala dari contoh di atas diperoleh:
q0 + q1 = 5000 atau q1 = 5000 – q0
Persamaan kendala ini dapat disubstitusikan untuk memecahkan jumlah
ekstraksi optimal pada periode 0 dan periode 1, yakni sebesar:
950 – 0.1 q0 = 863.636 – 0.0909 (500 – q0)
atau q0 = 2833.33 dan q1 = 2166.667. dengan diketahuinya nilai ekstraksi
pada dua periode ini, maka harga untuk setiap periode juga dapat
diketahui dengan mensubstitusikan kembali hasil q0 dan q1 ke persamaan
(4.11), sehingga diperoleh p0 = 716.667 dan p1 = 783.333.
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa dalam model dasar
Hotelling, output pada periode kedua lebih kecil daripada output pada
periode pertama. Di lain pihak harga nominal output pada periode kedua
lebih tinggi daripada harga output pada periode pertama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada model dasar Hotelling, output menurun sepanjang
waktu, sementara harga nominal meningkat sepanjang waktu.
Dari contoh numerik ini, kita juga bisa membuktikan Hukum Hotelling
(Golden Rule) mengenai ekstraksi sumber daya alam tidak terbarukan
sebagaimana dituliskan pada persamaan (4.10). dengan mensubtitusikan
nilai-nilai yang sudah diperoleh ke dalam persama (4.10), maka
diperoleh:
((783.333-50)-(716.667-50))/((716.667-50) )=0.1
Nilai tersebut di atas jika dikonversikan ke dalam persentase, sama
dengan nilai suku bunga aset yang kita gunakan pada contoh ini. Hal ini
membuktikan bahwa nilai rente sumber daya tidak terbarukan (resource
rent) harus tumbuh setara dengan tingkat suku bunga untuk menghasilkan
ekstraksi yang optimal sepanjang waktu.
Tabel 4.1 berikut ini menyajikan pengaruh perubahan nilai suku bunga
(discount rate) terhadap ekstraksi optimal. Kolom A dari Tabel 4.1
menunjukkan variasi nilai discount rate, sementara kolom B dihitung
berdasarkan formula:
q_0=(δ(α-c)+βS ̅)/β(2+δ)
sementara kolom C dihitung berdasarkan formula kendala sumber daya
(persamaan 4.6). kolom D dan E dihitung berdasarkan kurva permintaan,
sementara kolom F merupakan pembuktian bahwa Hukum Hotelling berlaku, di
mana hasil perhitungan pada kolom tersebut sama dengan nilai discount
rate pada kolom A. Dari Tanel 4.1, terlihat bahwa, semakin tinggai
discount rate semakin cepat harga meningat (p1) dan semakin menurun
jumlah yang diekstraksi (q1). Hal ini merupakan konsekuensi dari hukum
Hotelling yang tercermin dalam persamaan (4.19) dan persamaan (4.20).
Tabel 4.1 Pengaruh Perubahan Discount Rate Terhadap Ekstraksi Optimal
δ
(A) Q0
(B) Q1
(C) P0
(D) P1
(E) ((p_1-c_1 )-(p_0-c_1 ))/((p_0-c_0 ) )
(F)
0.05
0.08
0.10
0.15
0.20 2670.73
2769.23
2833.33
2988.37
3136.36 2329.27
2230.77
2166.67
2011.63
1863.64 732.93
723.08
716.67
701.16
686.36 767.07
776.92
783.33
798.84
813.64 0.050
0.080
0.100
0.150
0.200
Ekstraksi Multiperiode
Prinsip-prinsip molde dasar Hotelling untuk dua periode di atas pada
dasarnya dapat dikembangkan lebih jauh untuk ekstraksi multiperiode.
Hasil akhir dari pengembangan multiperiode ini juga akan menghasilkan
Golden Rule yang secara prinsip sama dengan yang telah diturunkan
sebelumnya. Untuk menurunkan model multiperiode ini, beberapa notasi
sebelumnya disederhanakan untuk memudahkan penurunan matematis. Rente
ekonomi pada periode pada persamaan (4.2) disederhanakan menjadi π_1
(q_t ) atau diartikan sebagai rente ekonomi pad aperiode t merupakan
fungsi ekstraksi pada periode t. Selain itu, discount factor juga
disederhanakan menjadi 1/(1+δ)^t =p^t.
Dengan notasi di atas, nilai present value dari rente ekonomi sepanjang waktu yang dapat ditulis sebagai:
PV=π_0+pπ_1 (q_1 )+p^2 π_2 (q_2 )+p^3 π_3 (q_3 )…p^t π_T (q_t )
= ∑_(t=0)^T▒〖p^t π_t (q_t ) 〗 (4.21)
sementara kendala ketersediaan sumber daya dapat ditulis sebagai:
S ̅=q_0+q_1+q_2+⋯q_T
= ∑_(t=0)^T▒q_t (4.22)
sehingga persamaan Lagrangian dari model multiperiode tersebut ditulis:
L=∑_(t=0)^T▒〖p^t π_t (q_t )+λ[S ̅-∑_(t=0)^T▒q_t ] 〗 (4.23)
Syarat keharusan dari fungsi Lagrangian di atas adalah:
∂L/(∂q_t )=p^t ∂π/(∂q_t )-λ=0
∂L/∂λ=S ̅-∑_(t=0)^T▒〖q_t=0〗 (4.24)
Persamaan (4.25) berlaku untuk t = 0,1,...,T, sehingga
∂π(q_0 )/(∂q_0 )=p ∂π(q_1 )/(∂q_1 )=p^2 ∂π(q_2 )/(∂q_2 )=⋯=p^T ∂π(q_T
)/(∂q_T )=λ (4.25)
Persamaan (4.25) menyatakan bahwa Present Value dari rente ekonomi
sumber daya tidak terbarukan akan menjadi maksimum jika ekstraksi diatur
sedemikian rupa sehingga rente marjinal yang didiskon (discounted
marginal rent) sama untuk setiap periode. Secara intuisi hal ini mudah
dipahami, sebab jika discounted marginal rent tidak sama untuk setiap
periode, maka manfaat ekonomi total bisa ditingkatkan dengan menggeser
ekstraksi dari periode dengan discounted marginal rent yang rendah ke
periode dengan discounted marginal rent yang tinggi. Akibat pergeseran
ekstraksi ini, rente ekonomi yang diperoleh tidak optimal.
Kalau kita pertimbangkan dua periode waktu yang berdekatan antara t dan t
+ 1, maka kita peroleh p^t ∂π(q_t )/(∂q_t )=p^(t+1) ∂π(q_(t+1)
)/(∂q_(t+1) ) . Atau, jika kita kembalikan rumus discount factor ke
bentuk semula, akan diperoleh:
∂π(q_(t+1) )/(∂q_(t+1) )=(1+δ) ∂π(q_t )/(∂q_t ) (4.26)
Jika kita cermati kembali persamaan (4.2), maka ∂π(q_t )/(∂q_t )=p_t-c, sehingga persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
(p_(t+1)-c)=(1+δ)(p_t-c) (4.27)
di mana dengan penyederhanaan aljabar akan menjadi
((p_(t+1)-c)-(p_t-c))/((p_t-c) )=δ (4.28)
Persamaan (4.28) identik dengan persamaan Golden Rule (4.10) untuk
ekstraksi multiperiode. Persamaan (4.28) secara lebih umum dapat ditulis
menjadi:
((p_(t+1)-BM_(t+1) )-(p_t-BM_t ))/((p_t-BM_t ) )=δ (4.29)
dimana BMt adalah biaya marjinal pada periode t.
Sebagaimana dikemukakan pada bagian awal, ekstraksi sumber daya alam
tidak terbarukan pada pasar yang kompetitif tidak hanya ditentukan oleh
harga dan biaya marjinal ekstraksi tetapi juga oleh biaya oportunitas.
Hal ini bisa dibuktikan dengan memodifikasi persamaan (4.29) menjadi:
p_t=BM_t+((p_(t+1)-BM_(t+1) ))/((1+δ) ) (4.30)
Bagian kedua dari persamaan di sebelah kanan menunjukkan biaya
oportunitas atau biaya marjinal pengguna (marginal user cost) yang
menunjukkan biaya korbanan jika ekstraksi ditunda ke periode berikutnya.
Alur Ekstraksi
Hukum Hotelling yang telah kita lihat sebelumnya hanyalah menjawab salah
satu pertanyaan mendasar dalam pengelolaan sumber daya alam tidak
terbarukan, yakni seberapa besar tingkat ekstraksi yang menghasilkan
manfaat bersih yang optimal. Pertanyaan lain yang muncul dalam
pengelolaan sumber daya ini adalah seberapa cepat stok harud diekstraksi
dengan kendala stok yang tetap dan terbatas. Dalam hal ini, kita ingin
mengetahui alur ekstraksi sumber daya tersebut. Dalam hal ini, kita
ingin mengetahui alur ekstraksi sumber daya tersebut. Untuk mengetahui
seberapa cepat laju ekstraksi ini, maka asumsi harga yang konstan yang
kita gunakan sebelumnya diganti dengan harga yang nonkonstan, yakni
harga yang berubah terhadap waktu atau p = f(t) yang kita sebut sebagai
alur harga atau prince path. Demikian juga, kurva permintaan terhadap
sumber daya alam kita asumsikan memiliki kemiringan negatif (downward
sloping). Dengan dua asumsi dasar di atas, alur ekstraksi sumber daya
dalam situasi pasar yang kompetitif dapat dilihat pada Tampilan 4.3
berikut.
Panel (a) dan (b) pada Tampilan 4.3 masing-masing menggambarkan alur
harga (prince path) dan kurva permintaan sumber daya. Panel (c) adalah
kurva cermin yang akan memproyeksi titik-titik yang diperoleh dari panel
(a) dan (b). Dengan menggunakan ketiga kurva tersebut, alur ekstraksi
yang optimal dapat diperoleh dengan memplotkan titik-titik yang
diperoleh pada panel (a) dan (b). Misalnya, pada T0, alur harga berada
sebesar P0. Dengan tingkat harga sebesar P0 tersebut, jumlah yang
diminta di pasar sumber daya adalah sebesar q0. Besaran ekstraksi ini
kemudian dicerminkan ke kurva (c) untuk memperoleh titik awal alur
ekstraksi. Proses yang sama dilakukan untuk T1, T2 sampai Takhir.
Kombinasi titik-titik perpotongan antara waktu ekstraksi dan jumlah yang
diekstraksi ini kemudian melahirkan alur ekstraksi optimal sebagaimana
digambarkan pada panel (d).
Ekstraksi Sumber Daya pada Struktur Pasar Monopoli
Ekstraksi sumber daya alam tidak terbarukan (non-renewable) sering juga
dicirikan oleh struktur pasar yang bersifat monopoli. Hal ini terjadi
karena kelebihan teknologi suatu industri dibandingkan dengan industri
lain, atau karena menyangkut industri strategis yang harus dikuasai oleh
negara. Industri minyak di Indonesia, misalnya masih dimonopoli negara
melalui badan usaha milik negara. Berbeda dengan struktur pasar yang
kompetitif, pada struktur pasar yang monopolistik, harga pasar (market
price) bersifat endogen (ditentukan dari maksimisasi keuntungan),
sehingga hukum Hotelling dan laju ekstraksi sedikit berbeda dengan
industri yang bersifat kompetitif.
Jika diasumsikan bahwa penerimaan dari ekstraksi sumber daya alam oleh monopolis adalah:
π_m=p(q)q-c(q) (4.31)
dimana p(q) adalah fungsi permintaan monopolis, dan c(q) adalah struktur
biaya, maka syarat keharusan dari maksimisasi keuntungan bagi monopolis
dapat ditulis sebagai:
(∂π_m)/∂q=[p^1 (q)q+p(q)]-c^1 (q)=0 (4.32)
dimana [p^1 (q)q+p(q)] adalah penerimaan marjinal atau PM dan c1 (q)
menunjukkan biaya marginal atau BM. Dengan mengikuti proses yang sama
dengan persamaan (4.21) sampai (4.26), maka hukum Hotelling untuk
ekstraksi dalam kondisi pasar monopoli dapat ditulis sebagai berikut:
([PM(q_(t+1) )-BM(q_(t+1) )]-[PM(q_t )-BM(q_t )])/(PM(q_t )-BM(q_t ) )=δ (4.33)
Persamaan (4.33) identik dengan persamaan (4.29) hanya harga yang konstan diganti
dengan penerimaan marjinal. Lalu bagaimana kalau kita bandingkan
ekstraksi optimal sumber daya dalam situasi struktur padar yang berbeda
tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini akan lebih mudah jika kita
asumsikan dulu bahwa biaya ekstraksi adalah konstan sehingga biaya
marjinal dalam kedua struktur pasar sama dengan nol (BM = 0), namun
tetap kita asumsikan bahwa kurva permintaan untuk kedua struktur pasar
tersebut bersifat linier. Dengan asumsi biaya konstan tersebut, maka
untuk pasar yang kompetitif persamaan (4.26) dapat ditulis secara lebih
umum dengan:
p_t=(1+δ)^t p_0 (4.34)
Karena sumber daya tersebut tidak dapat terbarukan, pada akhir periode
ekstraksi (t = T) jumlah yang diekstraksi adalah (qT) = 0. Jika kita
lihat kembali Tampilan 4.1, pada q = 0 pasar akan menghadapi jumlah
harga yang maksimum yang disebut sebagai “choke-off price” sebesar α,
sehingga pada t = T persamaan (4.34) menjadi:
p_T=α=(1+δ)^T p_0 (4.35)
Dengan demikian, harga pada awal periode (p0) dapat dipecahkan menjadi
p0 = α (1+ δ)-T, sehingga kalau kita substitusikan kembali ke persamaan
(4.35) akan diperoleh:
p_t=α(1+δ)^(t-T) (4.36)
yang merupakan persamaan alur harga (prince path) sebagaimana
digambarkan pada Tampilan 4.3. kita juga bahwa kurva permintaan sumber
daya pada periode t bersifat linier atau pt = α – βqt, sehingga dengan
mensubstitusikan kurva permintaan ini ke dalam persamaan (4.36) akan
diperoleh:
α-βq_t=α(1+δ)^(t-T) (4.37)
Persamaan di atas dapat dipecahkan untuk menentukan jumlah ekstraksi yang optimal pada pasar kompetitif yakni sebesar:
q_t^c=(α/β)[(1+δ)^(t-T) ] (4.38)
Pada situasi pasar yang monopolis dengan kurva permintaan yang sama,
maka penerimaan marjinal PMt = α - 2βqt, sehingga persamaan (4.34) untuk
kasus monopoli dapat ditulis sebagai:
PM_t=(1+δ)^t PM_0 (4.39)
dan pada saat ekstraksi berhenti (q=0) pada t = T, maka PMT = pT = α,
sehingga analog dengan persamaan (4.35), penerimaan marjinal pada awal
periode atau PM0 dapat ditulis menjadi PM0 = α (1+δ)-T, dan dengan
prosedur yang sama dengan pasar yang kompetitif, maka persamaan (4.37)
dapat dimodifikasi untuk padar yang monopoli menjadi:
α-2βq_t=α(1+δ)^(t-T) (4.40)
Dengan menggunakan persamaan (4.40) di atas, jumlah ekstraksi yang optimal untuk pasar yang monopolis dapat ditentukan sebagai:
q_t^m=(α/2β)[1-(1+δ)^(t-T) ] (4.41)
Jika kita bandingkan dengan pasar yang kompetitif (persamaan (4.38)),
dan dengan asumsi bahwa seluruh parameter adalah sama untuk kedua
struktur pasar tersebut, ekstraksi yang optimal untuk monopoli menjadi
setengah dari pasar yang kompetitif, yang menunjukkan bahwa monopolis
lebih “konservatif” dalam hal mengekstrasi sumber daya. Perbandingan
kedua struktur pasar tersebut dalam hal ekstraksi dapat digambarkan pada
Tampilan 4.4 berikut ini.
Contoh Numerik
Untuk memperoleh gambaran yang lebih nyata mengenai ekstraksi optimal
sumber daya tidak terbarukan dengan dua struktur pasar yang berbeda,
berikut ini diberikan ilustrasi optimal dan waktu ekstraksi yang optimal
dilakukan dengan Solver Excell. Dimisalkan bahwa koefisien berikut
berlaku untuk kedua struktur pasar, yaitu α = 10, β = 1, δ = 0.10 dengan
stok sumber daya pada kondisi awal sebesar S0 = 100. Tampilan berikut
menunjukkan spreadsheet Excell pada kondisi awal di mana nilai qt = 1
merupakan inisiasi untuk Solver Excell.
Pada cell B1 sampai B5 menunjukkan seluruh parameter yang diketahui,
dimana cell B4 diisi dengan formula = 1/(1+B3). Cell C9 diisi dengan
menuliskan formula sebagai berikut = C8 – B8. Nilai ini kemudian di
“copy” untuk cell C10 sampai cell C31. Cell D8 diisi dengan menuliskan
formula: = (B$4)^A8* ((B$1-0.5*B$2*B8)*B8). Formula ini menggambarkan
rente ekonomi untuk pasar yang kompetitif yang diturunkan dari persamaan
(4.12) dan mengalikannya dengan discount factor dari cell B4. Nilai
dari cell D8 ini kemudian di “copy” untuk mengisi cell D9 sampao D31.
Nilai kumulatif dari cell D8 sampai D31 kemudian ditulis pada cell D33.
Tahap berikutnya adalah menggunakan fasilitas Solver Excell untuk
memecahkan nilai optimal dari ekstraksi dengan cara memaksimumkan cell
D33 dengan mengubah cell B8 sampai B31 dan menambah kendala non-negatuf
pada cell B8 sampai B31 dan cell C8 sampai cell C31. Klik Solve, dan
Solver akan melakukan iterasi untuk mencari solusi yang optimal sehingga
dihasilkan nilai sebagaimana tertera pada Tampilan Spreadsheet 2.
A B C D
1 a = 10
2 b = 1
3 delta 0,1
4 rho 0,909091
5 S 100
6
7 t qt St Rente
8 0 1 100 9,5
9 1 1 99 8,63636364
10 2 1 98 7,85123967
11 3 1 97 7,13749061
12 4 1 96 6,48862783
13 5 1 95 5,89875257
14 6 1 94 5,36250234
15 7 1 93 4,87500212
16 8 1 92 4,43182011
17 9 1 91 4,02892737
18 10 1 90 3,66266125
19 11 1 89 3,32969205
20 12 1 88 3,02699277
21 13 1 87 2,75181161
22 14 1 86 2,50164692
23 15 1 85 2,27422447
24 16 1 84 2,06747679
25 17 1 83 1,87952435
26 18 1 82 1,7086585
27 19 1 81 1,55332591
28 20 1 80 1,41211447
29 21 1 79 1,28374042
30 22 1 78 1,16703675
31 23 1 77 1,0609425
32
33 Sum 93,890575
Tampilan 4.5 Spreadsheet 1
Dari Spreadsheet 2 dapat dilihat bahwa ekstraksi akan habis pada T = 18
dimulai dengan ekstraksi sebesar 8,25 ton dan nilai optimal ekstraksi
diperoleh sebesar Rp. 381 juta.
Sekarang kita bandingkan dengan ekstraksi pada struktur pasar monopoli
dimana fungsi keuntungan pada struktur pasar yang monopoli ditulis
sebagai πm = αqt – βqt2 yang diperoleh dari mengintegralkan fungsi
penerimaan marjinal. Kondisi awal numerik pada struktur pasar monopoli
ini dapat dilihat pada Tampilan Spreadsheet 3. Pada kondisi awal cell B8
sampai cell C41 sama dengan kondisi pada pasar yang kompetitif. Yang
membedakan kemudian adalah formula pada cell D8 yang diisi dengan rumus =
(B$4)^A8*((B$1 – B$2*B8)*B8).
Solver parameter untuk struktur pasar yang monopoli tersebut dapat
dilihat pada Tampilan 4.9, dan solusi optimal hasil interasi Solver
Excell dapat dilihat pada Tampilan 4.10. sebagaimana terlihat pada Sread
sheet 4, ekstraksi pada struktur pasar yang monopoli memerlukan waktu
lebih lama dimana ekstraksi baru habis pada T=30, dan dimulai pada
tingkat ekstraksi awal yang lebih rendah daripada kondisi kompetitif,
A B C D
1 a = 10
2 b = 1
3 delta 0,1
4 rho 0,909091
5 S 100
6
7 t qt St Rente
8 0 8,245 100,000 48,460
9 1 8,073 91,755 43,767
10 2 7,874 83,682 39,455
11 3 7,661 75,808 35,510
12 4 7,426 68,147 31,888
13 5 7,174 60,722 28,566
14 6 6,891 53,548 25,496
15 7 6,576 46,657 22,650
16 8 6,233 40,081 20,015
17 9 5,860 33,848 17,571
18 10 5,452 27,988 15,290
19 11 4,999 22,536 13,142
20 12 4,497 17,537 11,106
21 13 3,942 13,041 9,168
22 14 3,334 9,099 7,316
23 15 2,671 5,764 5,539
24 16 1,945 3,094 3,822
25 17 1,149 1,149 2,142
26 18 0,000 0,000 0,000
27 19 0,000 0,000 0,000
28 20 0,000 0,000 0,000
29 21 0,000 0,000 0,000
30 22 0,000 0,000 0,000
31 23 0,000 0,000 0,000
32
33 Sum 380,901
Tampilan 4.7. Spreadsheet 2, solusi optimal pasar kompetitif
A B C D
1 a = 10
2 b = 1
3 delta 0,1
4 rho 0,9090909
5 S 100
6
7 t qt St Rente
8 0 1 100.000 9.000
9 1 1 99.000 8.182
10 2 1 98.000 7.438
11 3 1 97.000 6.765
12 4 1 96.000 6.147
13 5 1 95.000 5.588
14 6 1 94.000 5.080
15 7 1 93.000 4.618
16 8 1 92.000 4.199
17 9 1 91.000 3.817
18 10 1 90.000 3.470
19 11 1 89.000 3.154
20 12 1 88.000 2.868
21 13 1 87.000 2.607
22 14 1 86.000 2.370
23 15 1 85.000 2.155
24 16 1 84.000 1.959
25 17 1 83.000 1.781
26 18 1 82.000 1.619
27 19 1 81.000 1.472
28 20 1 80.000 1.338
29 21 1 79.000 1.216
30 22 1 78.000 1.106
31 23 1 77.000 1.005
32 24 1 76.000 0.914
33 25 1 75.000 0.831
34 26 1 74.000 0.75514908
35 27 1 73.000 0.68649916
36 28 1 72.000 0.62409015
37 29 1 71.000 0.56735468
38 30 1 70.000 0.51577689
39 31 1 69.000 0.46888816
40 32 1 68.000 0.42626197
41 33 1 67.000 0.38751088
Tampilan 4.8. Spreadsheet 3, inisiasi ekstraksi pada pasar monopoli
yakni sekitar 4,7 ton atau sekitar setengah dari kompetitif. Hal ini
sesuai dengan prediksi yang telah dikemukakan secara teoritis di bagian
terdahulu. Perbandingan kedua ekstraksi tersebut dalam contoh ini dapat
dilihat pada Tampilan 4.11.
Kebijakan Ekonomi Terhadap Ekstraksi Sumber Daya Tidak Terbarukan
Ektraksi sumber daya tidak terbarukan memberikan manfaat ekonomi yang
sangat signifikan bagi pelaku ektraksi. Keuntungan yang di peroleh dari
usaha minyak, gas bumi, pertambangan, dan sejenisnya bisa menghasilkan
jutaan dolar bagi pelaku usaha, sehingga sering terjadi apa yang disebut
“Gold Rush” manakala deposit sumber saya ditemukan. Orang datang
berduyun-duyun untuk mnegadu keuntungan, sehingga sering kota-kota besar
seperti California, Amerika Serikat misalnya, tumbuh karena Gold Rush
pada awal tahun 1900-an. Bagaimana kemudian pemerintah memperoleh
manfaat dari ekstraksi sumber daya alam ini? Salah satu mekanisme yang
biaa di gunakan adalah melalui mekanisme rent trnsfer (transfer rente)
dengan memperlakukan pajak pada usaha pertambangan, misalnya. Pajak
tersbut dapat berbentuk royalti maupun pajak per unit autput. Pada
bagian ini kita akan mengulas dampak dari kedua instrumen ekonomi
tersebut terhadap ekstraksi sumber daya alam tidak terbarukan. Untuk
menganalisis dampak dari kedua instrumen tersebut, kita akan menggunakan
kembali kerangka sederhana dari model Hotelling seperti telah diuraikan
sebelumnya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika pemerintah memlakukan
royalti terhadap ekstraksi sumber daya, royalti tersebut tidak akan
mempengaruhi pengambilan keputusan ari pelaku ekstraksi. Royalti akan
mempengaruhi Present Value dari sumber daya yang sedang diekstraksi
namun tidak akan mempengaruhi laju ekstraksi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan menggunakan prinsip Hotelling yang telah dikemukakan di atas.
Jika kita sederhana notasi harga bersih atau net price p_t-c sebagai
π_t, jika royalti sebesar τ diberlakukan, prinsip Hotelling pada
persamaan (4.27) menjadi :
(1 – τ)π_t = (1 – δ)t〖 π〗_0
Sehingga matematis, persamaan (4.27) tidak mengalami perubahan karena
hukum Hotelling menghapuskan bahwa rente ekonomi setelah royalti harus
meningkat sebesar δ seperti ditunjukan oleh persamaan di atas. Dengan
demikian, royalti berdampak netral terhadap laju ekstraksi, namun
royalti bisa menimbulkan disinsetif terhadap pelaku usaha untuk
menemukan deposit baru karena akan mengurangi nilai harapan atas manfaat
yang diperoleh dari deposit baru.
Bagaimana halnya dengan pajak per satuan autput/ jika pajak per satuan
autput sebesar τ diberlakukan, rente atau net price setelah pajak
menjadi.
π_t τ=(1-τ ) p_t – c
Sehingga formula Hotelling pada persamaan (4.27) berubah menjadi :
[(1- τ) p_t-c] = [(1-τ) p_(0 )-c](1 + δ)t
Atau dapat disederhanakan menjadi :
[p_(t )- c/(1- τ)]= [p_(0 )- c/(1- τ)](1 + δ)t
Jika kita ingin kembali bahwa tanpa pajak rente ekonomi hanya
dedifinisikan sebagai p_t – c, karena c /(1 – τ) > c hal ini
berimplikasi bahwa pajak per satuan autput menyebakan meningkatnya
biaya ekstraksi sehingga akan memperpanjang laju ekstraksi. Dampak
terhadap kenaikan biaya ekstraksi tersebut terhadap laju ekstraksi
dapatt dilihat pada tampilan 4.12 berikut ini.
Kenaikan biaya ekstrajsi yang diakibatkan oleh pemberlakuan pajak
mengakibatkan penggeseran kurva biaya dari c ke c + t pada tampilan
panel a. Kenaikan biaya ini menyebabkan penurunan rente ekonomi (net
price) dari kondisi sebelumnya pajak. Oleh karena discount rate tidak
berubah, hukum Hotelling mengharuskan rente ekonomi tetap tumbuh sebesar
δ (sama dengan kondisi sebelumnya kenaikan harga) yang mengakibatkan
net price dan harga autput akan berada dalam kondisi lebih rendah
setiap waktu. Namun, jika harga autput bergerak rendah sepanjang waktu
berdasarkan kurva permintaan, ekstraksi akan terjadi secara lebih banyak
karena jumlah yang diminta akan meningkat jika harga rendah. Akibatnya,
cadangan akan habis terkuras sebelum choke price tercapai. Kondisi
ini tentu saja tidak optimal karena kondisi ekstraksi optimal
mengharuskan permintaan nol pada saat cadangan habis. Oleh karenanya,
ekstraksi optimal mengharuskan price path pada panel a lebih tinggi
dari kondisi sebelumnya (kurva dengan garis terputus), sehingga cadangan
akan diektrasi lebih sedikit sebagaimana ditunjukkan pada tampilan
panel d.
Selain pajak, pemerintah dapat saja memberikan subsidi untuk
meningkatkan produksi dari sumber daya alam tersebut. Karena subsidi
merupakan kebalikan dari pajak (negative tax), mekanisme analisis
dampak dari subsidi terhadap ekstraksi optimal sama dengan mekanisme
pada pajak, hanya tanda negatif berubah menjadi tanda positif, dari (1 -
τ ) menjadi (1 + σ ) , di mana σ adalah tingkat subsidi yang diberikan
oleh pemerintah. Oleh karena mekanismenya berlawanan arah, dampak
subsidi per satuan aut put misalnya, akan sama dengan pengurangan
biaya ekstraksi. Penurunan biaya akan mempercepat ekstraksi sehingga
memperpendek waktu tercapai berhentinya ekstraksi ( complete
exbaustion).
Model Ekstraksi Optimal Dengan Biaya Ekstraksi Non-Linier
Model ekstraksi sumber daya tidak terbarukan yang telah kita bahas
sebelumnya dibangun atas dasar struktur pasar, dimana biaya ekstraksi
diabaikan atau linier terhadap jumlah ekstraksi. Asumsi ini tentu saja
tidak begitu realistis karena biaya variabel atau biaya tetap di anggap
hilang (sunk cost). Namun demikian , asumsi ini pada tahap awal di
perlukan untuk memudahkan kita memahami model dasar ekstraksi optimal
sumber daya alam tidak terbarukan. Pada bagian ini, kita akan
mengembangkan model ekstraksi optimal, dimana biaya ekstraksi bersifat
tidak linier dan tergantung pada jumlah yang ekstraksi (q) dan juga stok
sumber daya (S) atau secara matematis ditulis C (q,S). Dengan
menggunakan notasi subscriput) untuk menunjukan fungsi turunan
(derivative), kita asumsikan fungsi biaya tersebut memiliki
karakteristik turunan kedua (second derivative) tehadap output (q)
positif atau Cqq>0 dan turunan pertama (first derivateve) terhadap
stok negatif ( Cs), yang berarti bahwa biaya ekstraksi meningkat
terhadap jumlah yang diesktraksi, namun menurun terhaadp jumlah stok
(semakin banyak stok semakin sedikit biaya ekstraksi). Struktur biaya
tersebut digambarkan pada Tampilan 4.13.
Dengan struktur biaya tersebut, fungsi keuntungan atau rente ekonomi dari sumber daya dapat di tulis sebagai :
π_t = p_t q_t - C (q_t, S_t)
Sehingga masalah yang di hadapi oleh pemilik sumber daya menjadi :
Max ∑_(t=0)^T▒p^t [p_t q_t- C ( q_t,S_t)]
Dengan kendala
S_(t+1 ) - S_t = -q_t
S_0 ≥ 0, S_t≥ 0
Perencanan permasalahan di atas dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik Lagrngian sebagaimana ekstraksi multiperiode yang telah di bahas
di muka (persamaan (4.23)), sehingga Lagrangian dari masalah dia tas di
tulis sebagai :
L = ∑_(t=0)^T▒p^t [p_t q_t- C(q_t,S_t )+ p^(λ_(t=1) ) (- q_t+ S_t- S_(t+1) )] (4.42)
Syarat keharusan (necessary condition) dari persamaan di atas adalah :
∂L/(∂q_t ) = p^t [p_t- C_q (q_t ,S_t )- p^(λ_(t+1 ) ) ]= 0 (4.43)
∂L/(∂S_t ) = p^t (C_s (q_t ,S_t ) + p^(λ_(t+1 ) ) ) = 0
(4.44)
∂L/(∂(p^(λ_(t+1) ) )) = p^t [- q_t+S_t - S_(t+1) ] = 0 (4.45)
Karena Komponen pertama persamaan (4.43) sampai (4.45) mengandung pt,
dengan membagi sebelah kanan persamaan dengan pt akan dihasilkan:
pλ_(t+1)=p_t-C_q (q_(t,) S_t )=0 (4.46)
λ_t=(1+δ)[p_(t-1)-C_q (q_t,S_t )] (4.47)
pλ_(t+1)-λ_t= C_S (q_t,S_t ) (4.48)
Dengan mensubstitusikan pλt+1 dan λt dari persamaan (4.46), (4.47) dan (4.48), maka diperoleh:
[p_t-C_q (q_t,S_t )]-(1+δ)[p_(t-1)-C_q (q_t,S_t )]=C_s (q_t,S_t )
Dengan sedikit manipulasi aljabar, persamaan di atas dapat lebih
disederhanakan menjadi hukum Hotelling yang dimodifikasi (modified
Hotelling rule) sehingga menjadi:
([p_t-C_q (q_t,S_t )]-[p_(t-1)-C_q (q_t,S_t )])/[p_(t-1)-C_q (q_(t,) S_t
)] =δ+(C_s (q_t,S_t ))/[p_(t-1)-C_q (q_t,S_t )]
(4.49)
Jika kita bandingkan persamaan (4.49) di atas dengan persamaan (4.28),
kedua persamaan tersebut mirip. Yang membedakannya adalah persamaan
dibuat dalam kurun waktu t dan t – 1 serta adanya komponen tambahan di
sebelah kanan discount rate (δ). Hal ini berarti bahwa, jika biaya
ekstraksi bersifat non-linier dan tergantung pada jumlah ekstraksi dan
stok sumber daya, hukum Hotelling mengatakan bahwa ekstraksi optimal
terjadi manakala rente sumber daya meningkat lebih rendah daripada
discount rate. Dalam situasi seperti ini struktur biaya yang eksplisit
serta seberapa besar stok tersedia akan menentukan seberapa lama
industri beroperasi.
Penutup
Sumber daya tidak terbarukan merupakan salah satu topik yang sejak awal
abad ke-20 sudah menjadi perhatian ahli ekonomi untuk dianalisis tingkat
deplesinya. Bab ini menyajikan analisis ekonomi sumber daya tidak
terbarukan, dimulai dengan model sederhana sampai struktur pasar yang
berbeda. Bab ini juga menyajikan kondisi ekstraksi yang optimal pada
saat biaya ekstraksi tidak bersifat linier. Tidak dipungkiri bahwa
pengelolaan sumber daya tidak terbarukan untuk keperluan energi,
misalnya menyangkut struktur pasar yang cukup kompleks dan dengan
tingkat teknologi yang tinggi. Oleh karenanya, model-model ekonomi yang
mengakomodasi kompleksitas tersebut pun kini sudah banyak dikembangkan.
Namun, dengan mengetahui prinsip-prinsip dasar yang ada dalam buku ini,
kelak pembaca akan lebih familiar jika dihadapkan pada model yang lebih
kompleks.
sumber http://www.emakalah.com/2013/04/model-ekonomi-sumber-daya-tidak.html
No comments:
Post a Comment