BAB I
PENDAHULUAN
Mengenai perilaku konsumen muslim yang selalu berusaha
memaksimumkan mashalahah. Konsumen akan mengalokasikan anggaran yang
dimilikinyasedemikian rupa untuk mengonsumsi barang dan jasayang dapat
menciptakan mashalahah secara maksimal. Dengan memperoleh mashalahah yang
maksimal diharapkan konsumen akhirnya dapat memperoleh falah, yaitu kehidupan
bahagia di dunia dan akhirat. Dari usaha untuk memaksimumkan mashalahah ini
kemudian bisa didapatkan fungsi permintaan.
Hal lain dari aktifitas ekonomi yang sangat menunjang
kegiatan konsumsi adalah produksi. Yaitu kegiatan untuk menghasilkan barang dan
jasa. Tanpan kegiatan produksi, maka konsumen tidak dapat mengonsumsi barang
dan jasa yang dibutuhkannya. Kegiatan produksi dan konsumsi adalah sebuah mata
rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. Oleh karena itu,
prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan konsumsi pada dasarnya juga akan
menjadi prinsip dalam kegiatan produksi.
akan membahas perilaku produsen, meliputi motivasi dan
tujuannya dalam berproduksi, perilakun yang berkaitan dengan upaya meraih
mashalahah, hingga prinsip dan nilai yang harus dipegangnya.perilaku produsen
ini kemudian akan menjadi dasar kurva penawaran dipasar. Pemaparan kegiatan
produksi pada masa Rasulullah Saw. serta sejarah kegiatan produksi menurut
Alquran akan melengkapi pembahasan perilaku produsen dalam bab ini.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI
PERILAKU PRODUSEN
- Teori Perilaku Produsen
Dalam Ekonomi Islam
Dalm usaha bidang ekonomi tujuan utama adalah mencari keuntungan maksimum
dengan mengatur penggunaan factor produksi seefisin mungkin, sehingga usaha
memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang paling efisien.dalam
uasah seorang muslim belum tentu seperti itu,
Beberapa aspek dalam melakukan produksi oleh seorang muslim
adalah :
a. Berproduksi
adalah ibadah, sama saja seorang muslim mengaktualisasikan Ibadah bersama dengan bisnis yang dijalankan
b. Factor produksi yang digunakan
untuk menyelenggarakan produksi sifatnya tidak terbatas, untuk menggunakan
manusia perlu berusaha mengoptimalkan segala kemampuan yang telah Allah
berikan. Seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa sesungguhnya rizki adalah
dari Allah
c. Seorang muslim yakin bahwa Sesutu
yang dikerjakan dengan ajaran islam tidak membuat hidupnya menjadi sulit.
d. Berproduksi bukan hanya mencari
keuntungan belaka. Dalam islam harta adlah titipan Allah sebagai amanah untuk
dikelola mencapai kemaslahatan.
e. Seorang muslim menghindari praktek
produksi yang mengandung unsure haram atau riba, pasar gelap dan spekulasi..
- Pengertian dan Tujuan Produksi Menurut Islam
Produksi adalah sebuah proses yang
telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi
sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi.
Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan
padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang
secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau
mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min
‘anashir alintaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang
jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang
terbingkai dalam waktu yang terbatas). Kegiatan produksi merupakan mata rantai
dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan
jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.
Beberapa ahli
ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi,
meskipun substansinya sama. Berikut pengertian produksi menurut para ekonomi
muslim kontemporer.
1. Karf (1992) mendefinisikan kegiatan
produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak
hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu
kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Rahman (1995) menekankan pentingnya
keadilan dan kemerataan produksi (distribusi produksi secaraa merata).
3. Produksi yang Islami menurut Siddiqi
(1992) adalah penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai-nilai
keadilan dan kebijakan atau manfaat (mashlahah) bagi masyarakat. Dalam
pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa kebijakan
bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami.
Manusia dengan
akalnya yang sempurna telah diperintahkan oleh Allah untuk dpaat terus mengoleh
alam ini bagi kesinambungan alam itu sendiri, dalam hal ini nampaklah segala
macam kegiatan produksi amat bergantung kepada siapa yang memproduksi (subyek)
yang diharapkan dpat menjadi pengolah alam ini menuju kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat. Ayat yang berkaitan dengan produksi terdapat dalam Surat Al-Baqarah
: 272
272. bukanlah kewajibanmu menjadikan
mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi
taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan
janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah.
dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi
pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).
Kegiatan produksi merupakan respon
terhadap kegiatan konsumsi, atau sebaliknya. Kegiatan produksi dan konsumsi
merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan
konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi
tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam konsep
ekonomi konvensional, produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar
besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam islam yang bertujuan untuk
memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun dalam ekonomi
islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba
tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Secara
lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang
bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:
1.
Pemenuhan kebutuhan manusai pada tingkat moderat.
2.
Menemukan kebutuhan masyarakat da pemenuhannya.
3.
Menyiapkan persediaan barang/jasa dimasa depan.
4.
Pemenuhan sarana bagi kegaitan social dan ibadah kepada Allah.
Tujuan produksi yang pertama sangat
jelas, yaitu pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat. Hal ini
akan menimbulkan setidaknya dua implikasi. Pertama, produsen hanya menghasilkan
barang dan jasa yang menjadi kebutuhan meskipun belum tentu merupakan keinginan
konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi
kehidupan yang islami. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi
hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barng dan jasa secara berlebihan
tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubadziran, tetapi
juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara cepat.
Tujuan yang
terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah.
Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran
islam. Dengn kata lain, tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara
fisik belum tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri.
C. Motiv Berproduksi Dalam Islam
Kegiatan
produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan
manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa mendatang (M.Frank,
2003). Dengan pengertian yang lusa tersebut, kita memahami kegitan
produksi tidak terlepas dari keseharian manusia.
Motif maksimalisasi kepuasan dan maksimalisasi
keuntngan yang menjadi pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi
dalam pandangan ekonomi konvensional bukannya salah ataupun dilarang dalam
Islam. Islam ingin mendudukkannya pada posisi yang benar, yakni semua itu dalam
rangka maksimalisasi kepuasan dan keuntungan di akhirat. Perlu diingat sejarah
pemikiran ekonomi dan ilmu pengetahuan pada umumnya yang bangkit sejak jaman
Renaisans, suatu jaman dimana terjadi perubahan ukuran kebenaran dari yang
semula bersandar kepada wahyu dan dogma gereja menjadi bersandar kepda logika,
bukti-bukti empiris, positivisme. Perubahan ukuran kebenaran tersebut membuat
ilmu pengetahuan maju pesat, akan tetapi ia menjadi sangat sekuler.
Isu penting
yang kemudian berkembang menyertai motivasi produksi ini adalah masalah etika
dan tanggung jawab sosial produsen. Keuntungan maksimal telah menjadi sebuah
insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk melaksanakan produksi.
Akibatnya, motivasi untuk mencari keuntungan maksimal sering kali menyebabkan
produsen mengabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya. Segala hal perlu
dilakukan untuk mencapai keuntungan yang setinggi-tingginya.
Dalam pandangan
ekonomi Islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan tujuan produksi dan
tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah menyediakan
kebutuhan material dan spritual untuk mencptakan mashlahah, maka motivasi
produsen tentu juga mencari mashlahah, dimana hal ini juga sejalan
dengan tujuan kehidupan seorang muslim. Mencari keuntungan dalam produksi dan
kegiatan bisnis memang tidak dilarang, sepanjang dalam bingkai tujuan dan hukum
Islam.
D. Faktor-Faktor
Produksi dalam Islam
Di kalangan para ekonomi Muslim, belum
ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi, karena terdapat perbedaan
pendapat dari para ulama. Menurut Al-Maududi dan Abu-Su’ud, faktor produksi
terdiri atas amal/kerja (labor), tanah (land), dan modal (capital).
Uraian ini berbeda dengan M.A. Mannan yang menyatakan bahwa faktor produksi
hanya berupa amal/kerja dan tanah. Menurutnya capital (modal) bukanlah
merupakan faktor produksi yang independen, karena capital (modal)
bukanlah merupakan faktor dasar. Menerut An-Najjar, faktor produksi hanya
terdiri dari dua elemen, yaitu amal (labor) dan capital. Abu
Sulaiman menyatakan, amal bukanlah merupakan faktor produksi. Dalam
syariah Islam, dasar hukum transaksi (muamalah) adalah ibahah
(diperbolehkan) sepanjang tidak ditemukannya larangan dalam nash atau dalil.
1.
Amal/Kerja (Labor)
Amal adalah segala daya dan upaya yang
dicurahkan dalam menghasilkan dan menigkatkan kegunaan barang dan jasa, baik
dalam bentuk teoretis (pemikiran, ide, konsep) maupun aplikatif (tenaga,
gerakan) yang sesuai dengan syariah. Pada dasarnya, ada dua tujuan yang harus
dicapai oleh produsen dalam melakukan pekerjaan, yaitu dengan spiritualisme
konotasi ibadah.
2.
Bumi/Tanah (Land)
Land (tanah)
meliputi segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar ataupun disekitar bumi
yang menjadi sumber-sumber ekonomi, seperti pertambangan, pasir, tanah
pertanian, sungai dan lain sebagainnya. Bumi biasa diberdayakan untuk
pertanian, perternakan, pendirian kawasan industry, perdagangan, sarana transportasi,
ataupun pertambangan.
Mekanisme pemberdayaan bumi, ulama fiqh
berbeda pendapat tentang mekanisme pemberdayaan lahan pertanian oleh orang lain
dan penentuan return yang berhak diperoleh masing-masing pihak. Sebagian
berpendapat, bahwa mekanisme yang tepat adalah muzara’ah. Akan tetapi,
ulama yang lain menolaknya dan menawarkan konsep penyewaan dengan sistem uang.
Al-Muzara’ah adalah kerja
sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik
tanah memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan
dipelihara Dengan imbalan bagian tertentu, misalnya setengah atau
sepertiga dari hasil panen sesuai dengan kesepakatan.
3. Modal (Capital)
Capital adalah bagian
dari harta kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, seperti
mesin, alat produksi, equipment (peralatan), gedung, fasilitas kantor,
transportasi dan lain sebagainya. Dalam kapitalisme capital berhak
mendapat bunga sebagai kompensasi pinjaman (return of loans).
Berdasarkan jangka waktu penggunaan capital,
asset (kekayaan) biasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu fixed asset
(asset tetap) dan variabel asset (asset berubah). Fixed asset
adalah capital yang digunakan untuk beberapa proses produksi dan tidak
terjadi perubahan seperti bangunan, mesin, dan peralatan. Variabel asset
adalah capital yang digunakan untuk proses produksi dan akan mengalami
perubahan seiring dengan perubahan proses produksi yang dilakukan seperti
labor, sumber energi, dan lainnya.
E.
Masalah Produksi dalam Pandangan Islam
Banyak orang yang melakukan kekeliruan
ketika memecahkan masalah ekonomi, yaitu melepaskan gambaran dan peranan
manusia dalam kehidupannya serta bagaimana ia menempuh jalan-jalan
kesejahteraan hidup dan sebab-sebab rezekinya.
Hal itu karena kemauan manusia dan
pengaruhnya dalam mendorong kekuatan manusia dan memajukan sebaik-baiknya. Hal
ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri dan dipersoalkan lagi,
seperti halnya dorongan nilai-nilai dan moral yang menekankan tersalurnya
kemauan manusia dalam melakukan aktivitas produksi. Oleh karena itu hal ini
tidak menjadi masalah apabila dalam produksi telah tergambarkan tiga peranan
manusia.
Islam menggambarkan peranan manusia
dalam alam semesta iniatas dasar tiga masalah pokok, yaitu:
1.
Allah SWT menciptakan seluruh alam semesta sesuai dengan peraturan dan
hukumnya.
2.
Allah SWT memerintahkan tunduk kepada umat manusia dari seluruh alam semesta
ini, apa saja yang ia butuhkan dalam usahanya untuk hidup dan kelangsungan
kehidupannya.
3.
Bekerja dan berusaha merupakan fitrah dan watak manusia dalam memakmurkan
planet ini, mengeksploitasi sumber-sumber kamakmurannya, dan mengharapkan
anugerah Allah yang tersimpan dalam planet ini.
F.
Perilaku dalam produksi Dalam Ekonomi Islam
Akhlak akan mendasari bagi seluruh
aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas ekonomi produksi.
Menurut Yusuf Qardhawi dikatakan, bahwa
“akhlak merupakan hal yang utama dalma produksi yang wajib diperhatikan kaum
muslimin, baik secara individu maupun bersama-sama, yaitu bekerja pada bidang
yang dihalalkan oleh Allah SWT, dan tidak melampaui apa yang di haramkan oleh
Allah SWT.” Dalam usaha bidang ekonomi tujuan utama adalah mencari keuntungan
maksimum dengan mengatur penggunaan factor produksi seefisin mungkin, sehingga
usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang paling
efisien.dalam uasah seorang muslim belum tentu seperti itu,
Beberapa
aspek dalam melakukan produksi oleh seorang muslim adalah :
1. Berproduksi adalah
ibadah, sama saja seorang muslim mengaktualisasikan Ibadah bersama dengan
bisnis yang dijalankan.
2. Factor produksi yang
digunakan untuk menyelenggarakan produksi sifatnya tidak terbatas, untuk
menggunakan manusia perlu berusaha mengoptimalkan segala kemampuan yang telah
Allah berikan. Seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa sesungguhnya rizki
adalah dari Allah.
3. Seorang muslim yakin
bahwa Sesutu yang dikerjakan dengan ajaran islam tidak membuat hidupnya menjadi
sulit.
4. Berproduksi bukan hanya
mencari keuntungan belaka. Dalam islam harta adlah titipan Allah sebagai amanah
untuk dikelola mencapai kemaslahatan.
5. Seorang muslim
menghindari praktek produksi yang mengandung unsure haram atau riba, pasar
gelap dan spekulasi.
G. Nilai-Nilai
Islam Dalam Berproduksi
Upaya produsen
untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen
mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi
terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally mengatakan,
“perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim tak hanya pada tujuannya,
tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.
Nilai-nilai islam yng relevan dengan
produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalm ekonomi islam, yaitu:
khilafah, adil, dan takaful secara lebih rinci nilai-nilai islam dalam produksi
meliputi:
1.
Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;
2.
Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;
3.
Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;
4.
Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;
5.
Memuliakan prestasi/produktifitas;
6.
Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;
7.
Menghormati hak milik individu;
8. Mengikuti
syarta sah dan rukun akad/transaksi;
9. Adil
dalam bertransaksi;
10. Memiliki wawasan social;
11. Pembayaran upah tepat waktu
dan layak;
12. Menghindari jenis dan proses
produksi yang diharamkan dalm islam.
Penerapan nilai-nilai diatas dalam
produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi
sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diproleh
oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi
tercapinya falah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan
hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.
H.
Pola Produksi
Berdasarkan pertimbangan kemashlahatan (altruistic
considerations) itulah, menurut Muhammad Abdul Mannan, pertimbangan perilaku
produksi tidak semata-mata didasarkan pada permintaan pasar (given demand
conditions). Kurva permintaan pasar tidak dapat memberikan data sebagai
landasan bagi suatu perusahaan dalam mengambil keputusan tentang kuantitas
produksi. Sebaliknya dalam sistem konvensional, perusalas arikan kebebasan
untuk berproduksi, namun cenderung terkonsentrasi pada output yang menjadi
permintaan pasar (effective demand), sehingga dapat menjadikan kebutuhan riil
masyarakat terabaikan.
Dari sudut pandang fungsional, produksi atau proses
pabrikasi (manufacturing) merupakan suatu aktivitas fungsional yang dilakukan
oleh setiap perusahaan untuk menciptakan suatu barang atau jasa sehingga dapat
mencapai nilai tambah (value added). Dari fungsinya demikian, produksi meliputi
aktivitas produksi sebagai berikut; apa yang diproduksi, berapa kuantitas
produksi, kapan produksi dilakukan, mengapa suatu produk diproduksi, bagaimana
proses produksi dilakukan dan siapa yang memproduksi?
Berikut
akan dijelaskan sekilas mengenai ketujuh aktivitas produksi.
1. Apa
yang diproduksi
Terdapat
dua pertimbangan yang mendasari pilihan jenis dan macam suatu produk yang akan
diproduksi; ada kebutuhan yang harus dipenuhi masyarakat (primer, sekunder,
tertier) dan ada manfaat positif bagi perusahan dan masyarakat (harus memenuhi
kategori etis dan ekonomi)
2.
Berapa kuantitas yang diproduksi; bergantung kepada motif dan resiko
Jumlah
produksi di pengaruhi dua faktor; intern dan ekstern; faktor intern meliputi
sarana dan prasarana yang dimiliki perusahan, faktor modal, faktor SDM, faktor
sumber daya lainnya. Adapun faktor ekstern meliputi adanya jumlah kebutuhan
masyarakat, kebutuhan ekonomi, market share yang dimasuki dan dikuasai,
pembatasan hukum dan regulasi.
3.
Kapan produksi dilakukan Penetapan waktu produksi, apakah akan mengatasi
kebutuhan eksternal atau menunggu tingkat kesiapan perusahaan.
4.
Mengapa suatu produk diproduksi
a.
Alasan ekonomi
b.
Alasan kemanusiaan
c.
Alasan politik
5.
Dimana produksi itu dilakukan
a.
Kemudahan memperoleh suplier bahan dan alat-alat produksi
b.
Murahnya sumber-sumber ekonomi
c.
Akses pasar yang efektif dan efisien
d.
Biaya-biaya lainnya yang efisien
6.
Bagaimana proses produksi dilakukan: input- proses – out put - out come
7.
Siapa yang memproduksi; negara, kelompok masyarakat, indovidu
Dengan demikian masalah barang apa yang harus diproduksi
(what), berapa jumlahnya (how much), bagaimana memproduksi (how), untuk siapa
produksi tersebut (for whom), yang merupakan pertanyaan umum dalam teori
produksi tentu saja merujuk pada motifasi-motifasi Islam dalam produksi.
I.
Etika Produksi
Etika sebagai praktis berarti : nilai-nilai dan norma-norma
moral sejauh dipraktikan atau justru tidak dipraktikan, walaupun seharusnya
dipraktikkan. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika
sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Secara filosofi etika
memiliki arti yang luas sebagai pengkajian moralitas. Terdapat tiga bidang
dengan fungsi dan perwujudannya yaitu etika deskriptif (descriptive ethics),
dalam konteks ini secara normatif menjelaskan pengalaman moral secara
deskriptif berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan sesuatu
tindakan dalam tingkah laku manusia. Kedua, etika normatif (normative ethics),
yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti yang mereka
lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia. Ketiga, metaetika
(metaethics), yang berusaha untuk memberikan arti istilah dan bahasa yang
dipakai dalam pembicaraan etika, serta cara berfikir yang dipakai untuk
membenarkan pernyataan-pernyataan etika. Metaetika mempertanyakan makna yang
dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat
tanggapan-tanggapan kesusilaan.
Apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan
untuk pengambilan keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer
menunjuk pada tingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan
organisasi mengenai pelanggaran etika atau moral. Karenanya kita berasumsi
bahwa suatu organisasi etis, merasa terikat dan dapat mendirikan beberapa
struktur yang memeriksa prosedur untuk mendorong oragnisasi ke arah etika dan
moral bisnis. Organisasi memiliki kode-kode sebagai alat etika perusahaan
secara umum. Tetapi timbul pertanyaan: dapatkah suatu organisasi mendorong
tingkah laku etis pada pihak manajerial-manajerial pembuat keputusan.
Jika kita berbicara tentang nilai dan akhlak dalam ekonomi
dan mu’amalah Islam, maka tampak secara jelas di hadapan kita empat nilai
utama,yaitu: Rabbaniyah (Ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan dan Pertengahan.
Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam,
bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang
tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan
nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh
segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi,
sirkulasi, dan distribusi10.
Raafik Isaa Beekun dalam bukunya yang berjudul Islamic
Bussines Ethics menyebutkan paling tidak ada sejumlah parameter kunci system
etika Islam yang dapat dirangkum sbb:
a. Berbagai tindakan
ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya.
Allah Maha Kuasa an mengetahui apapun niat kita sepenuhnya secara sempurna.
b.
Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat
yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
c.
Islam memberikan kebebasan kepada individu
untuk percaya dan bertindak berdasarkan
apapun keinginannya, namun tidak dalam hal tanggung jawab keadilan.
d.
Percaya kepada Allah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal
apapun atau siapapun kecuali Allah.
e.
Keputusan yang menguntungkan kelompok mamyoritas ataupun minoritas secara
langsung bersifat etis dalam dirinya.etis bukanlah permainan mengenai jumlah.
f. Islam
mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai system yang
tertutup, dan berorientasi diri sendiri.Egoisme tidak mendapat tempat dalam
ajaran Islam.
g. Keputusan
etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama antara Al-Qur’an dan alam semesta.
h. Tidak
seperti system etika yang diyakini banyak agama lain, Islam mendorong umat
manusia untuk melaksanakan tazkiyah melalui partisipasi aktif dalam kehidupan
ini. Dengan berprilaku secara etis di tengah godaan ujian dunia, kaum Muslim
harus mampu membuktikan ketaatannya kepada Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan
materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi
berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa
dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah substansi
benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya mengambilnya dari
tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi (ekstraktif).
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi
dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan
produksi dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu
memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah
memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam
bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................2
TEORI PERILAKU PRODUSEN......................................................2
A.
Teori Perilaku Produsen Dalam Ekonomi
Islam...............................2
B.
Tujuan Dan Pengertian Menurut
Islam..............................................3
C.
Motif Berproduksi Dalam
Islam........................................................5
D.
Faktor-Faktor Produksi Dalam
Islam................................................6
1.
Amal/kerja...................................................................................6
2.
Bumi tanah..................................................................................7
3.
Modal..........................................................................................7
E. Masalah
Produksi Dalam Pandangan Islam......................................8
F. Perilaku Dalam
Produksi Dalam Ekonomi Islam..............................8
G. Nilai-Nilai
Islam Dalam Berproduksi................................................9
H. Pola
Produksi...................................................................................10
I. Etika
Produksi..................................................................................12
BAB III
PENUTUP/KESIMPULAN.......................................................................14
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadhirat
Allah SWT. Yang mana pada kesempatan ini, kami akan membahas materi mata kuliah
yang bejudul “TEORI PERILAKU PRODUSEN”
dalam pandangan islam. Dalam bab ini kami meringkas materi-materi atau poin-poin
penting yang kemudian kami akan mempresentasikannya.
Demikian, jika nanti ada kata-kata yang
tidak tepat atau kalimat-kalimat yang kurang jelas dalam pembahasan yang
terkandung dalam bab ini mohon kritik dan saran, agar nantinya tidak ada
kekeliruan. Sehingga materi yang kami bawakan ini menjadi sempurna. Atas perhatian
para pembaca kami mengucapkan terimakasih.
Bukit Indah, 14 juni 2013
PENULIS
No comments:
Post a Comment